Pertama, Dua pertiga Al Qur’an berkisah tentang sejarah, tentang kisah-kisah.
Dan siapapun tahu, bahwa Al Qur’an tidaklah diciptakan melainkan untuk membimbing manusia menuju kesuksesan. Siapapun yang belajar dari sejarah, ia akan menemukan bahwa kemenangan dan kejayaan selalu punya syarat, dan kekalahan selalu punya sebab. Bagaimana cara mengetahui syarat dan sebab itu? Sejarah adalah jawabannya.
Kedua, Sejarah adalah cara kita menemukan harapan.
Di saat zaman semakin menggila, kita dipukul di setiap sendi terkuat kita, umat merintih dan gemetar tak kuat menahan beban, justru di saat itulau sejarah bilang, “orang orang kuat selalu muncul dari zaman yang sulit.” Dan ia selalu berulang membentuk pola. Pola yang takkan berubah. Dari mana kita menemukan pola-pola itu? Sejarah kuncinya.
Ketiga, sejarah membuat kamu memiliki karakter visioner. Tidak gampang kaget.
Ketika tahu zionis menjajah Palestina, kamu paham ada cara-cara untuk membebaskannya. Ketika keadaanmu serba sulit, kamu tak gampang kikuk sebab justru orang-orang besar lahir dari keadaan serba minimal. Dari mana kita mengetahuinya? Dari sejarah.
Dan sejarah bisa menginspirasi semua usia. Anak-anak suka kisah Musa membelah laut, para remaja gemar kisah kepahlawanan Daud. Para Ibu jatuh cinta dengan pesona Maryam. Para ayah mendapat teladan dari kisah Ibrahim.
“Mengisahkan sejarah, adalah satu dari tentara-tentara Allah yang menguatkan hati orang-orang beriman”, nasihat Imam Al Junaid rahimahullah.
Sumber:
Generasi Shalahuddin
Generasi Shalahuddin