Mihrimah adalah satu-satunya putri Sultan Sulaiman Al Qanuni, khalifah Utsmani yang memerintah di abad kejayaan, Muhteşem Yuzyıl.
Mihrimah berarti nama gabungan dari bulan dan matahari. Nama tersebut dimaksudkan oleh ayahandanya agar ia menjadi seorang putri princess yang tak ada duanya, baik karena memang dialah satu-satunya putri yg dimiliki, juga diharapkan agar perangai serta karakternya yg istimewa different from others.
Nama ini akhirnya diabadikan menjadi nama dua buah masjid besar yg menawan. Satu masjid di puncak bukit ke enam dari total 7 bukit (dalam bahasa turki ia disebut Yeditepe, bahasa inggris: sevenhills) di semenanjung Konstantinopel yaitu bukit tertingginya. Lokasinya sekarang adalah di daerah Edirnekapı, berdampingan persis dg dinding raksasa Konstantinopel.
Adapun masjid Mihrimah satunya, dibangun di Konstantinopel (Istanbul) bagian Asia, yaitu Uskudar. Di tepian selat Bosphorus yg membelah Istanbul, menjembatani Asia dan Eropa.
Ada satu ‘legenda’ yg melekat, sebagaimana dilansir oleh Turkpress terkait kedua masjid Mihrimah ini. Legenda yg berbau roman-picisan zaman Khilafah Utsmaniyah, diriwayatkan turun menurun hingga kini. Sempat juga penulis mendengarnya dari beberapa orang Istanbul. Suatu kali, penulis tak sengaja bertemu dg seorang mahasiswa turki jurusan arsitektur di masjid tersebut. Beliau pun mengisahkan legenda romantis masjid Mihrimah.
Alkisah, Mihrimah Sultan princess binti Khalifah Sulaiman al Qanuni ini menjadi obyek sayembara perjuangan cinta kedua pemuda hebat. Ahmed Paşa, adipati daerah Diyarbakir, Turki selatan bersaing dengan Mimar Sinan sang arsitek khilafah.
Hasil akhir, ‘inces’ Mihrimah pun menikah dengan Ahmed Paşa sang adipati. Lalu, inces Mihrimah meminta Mimar Sinan agar membuatkan masjid untuknya.
Mimar Sinan pun menyanggupi dan merancang masjid yg dinamai Mihrimah di Uskudar pesisir Bosphorus, Istanbul bagian Asia pada tahun 1548 M. Kemudian, membangun masjid Mihrimah yg kedua di Edirnekapı, Istanbul Eropa pada tahun 1562 M.
Namun, di sana ada rahasia indah menakjubkan. Menggambarkan rasa cinta seorang Mimar Sinan yg dibalut dg sains dan astronomi terkait kedua masjid ini. Buktikan dan lihatlah apa yg terjadi pada tgl 21 Maret setiap tahunnya.
Jika anda diberi rizki untuk ziyarah Istanbul maka cermatilah, ketika proses tenggelamnya matahari nampak di belakang menara masjid Mihrimah daerah Edirnekapi itu bertepatan persis dg munculnya Bulan di belakang bayang menara masjid Mihrimah di Uskudar, Istanbul bagian Asia. Seperti itulah gambaran cinta sang Mimar Sinan. Cintanya bagaikan Bulan dan Matahari. Takkan pernah tertaut. Disaat bulan muncul, matahari tenggelan begitu pula sebaliknya.
Ternyata tgl tersebut juga adalah tgl kelahiran sang putri Mihrimah. MasyaAllah so sweet. Di sini juga bisa diambil sebuah pelajaran lain, yaitu bagaimana Mimar Sinan menata hati dalam menerima suratan takdir ilahi atas dirinya. Menjadi hamba seutuhnya. Ridha atas segala putusan. Mengelola berat dan getirnya rasa sakit dalam kehidupan menjadi sebuah sikap mukmin ksatria. Rahimakallah ya Sinan Paşa, Mimar Khilafah.
Penulis:
Akbar Fachreza, seperti yang telah di pos pada akun fb pribadinya pada 19 Oktober 2018.
Catatan:
Abdul Ghaffar Chodri atau yang dikenal dengan Cak Gopar menyebut bahwa Prof. Dr. Ekrem Bugra Ekinci, seorang sejarawan Turki membantah kisah ini dan menilai kisah cinta antara Mimar Sinan dan Mihrimah hanyalah dongeng belaka.
Saat ini belum ada komentar