Wasiat Sang Founding Father, Osman Bin Ertughul
- calendar_month Rab, 8 Apr 2020
- visibility 323
Kehidupan Osman sang pendiri Daulah Utsmaniyah, sang perintis pemerintahan Utsmani diwarnai dengan jihad dan dakwah di jalan Allah. Para ulama selalu mengelilinginya dan memberikan nasehat, baik berkaitan dengan masalah ketatanegaraan, implementasi syariah, atau pengendalian kekuasaan.
Sejarah telah memberi pelajaran kepada kita, saat Otsman bin Ertughul atau Utsman I memberikan nasehat kepada anaknya di ranjang wafatnya. Wasiat yang dia ucapkan mengandung makna peradaban dan manhaj Syariah yang menjadi pedoman dalam pemerintahan Utsmani setelah dia wafat.
Utsman I berkata dalam wasiatnya, “Wahai anakku, janganlah kamu menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Rabb alam semesta. Jika kamu menghadapi kesulitan dalam masalah hukum, maka bermusyawarahlah dengan ulama-ulama agama ini.
Wahai putra kesayanganku, lingkupilah orang yang mentaatimu dengan pemuliaan. Berilah kecukupan karunia kepada para tentara. Jangan lah setan itu membuat kamu tertipu oleh tentaramu dan hartamu. Janganlah kamu menjauhi para ahli syariat.
Wahai putra kesayanganku, kamu mengetahui bahwa tujuan akhir kita adalah mencapai ridha Allah, Rabb alam semesta; dan bahwa dengan jihad cahaya agama kita menjadi tersebar di setiap penjuru sehingga menyebabkan keridhoan Allah ta’ala.
Wahai putra kesayanganku, kita bukanlah orang-orang yang mengorbarkan peperangan-peperangan untuk syahwat kekuasaan atau menguasai orang-orang. Dengan Islam kita hidup dengan Islam kita mati. Dan kamu wahai putraku adalah orang yang ahli terhadap urusan ini”.
Wasiat ini adalah dasar yang dijadikan sebagai landasan perjalanan bangsa Turki Utsmani. Wasiat yang abadi inilah yang menjadi pegangan para penguasa Daulah di masa-masa kejayaan, kekokohan dan kekuatan. Saat Utsman bin Ertughul meninggal dunia, ia mewariskan Daulah Utsmaniyah yang luasnya 16.000 km persegi.
Dengan negara yang baru tumbuh ini, ia mampu menembus laut Marmara dan dengan tentaranya ia mampu mengancam kota utama kekaisaran Byzantium pada waktu itu, yaitu kota iznik dan Bursa.
- Penulis: admin
Saat ini belum ada komentar