Budaya minum kopi awalnya memang dari peradaban Islam, dan menemukan momentum perkembangannya terutama di kota Mokha, Yaman, meskipun kopinya berasal dari Sana’a. Budaya minum kopi kemudian berkembang di kalangan terdidik, baik para ulama maupun penuntut ilmu, yang ada di Makkah dan Madinah sebagai pengiring saat mentelaah kitab, mengkaji ilmu dan berdiskusi.
Dari sini akhirnya berkembang sampai Turki, terutama di masa kejayaan Khilafah Usmani. Pada masa inilah muncul kopi dengan tujuh atau sembilan rempah yang manfaatnya bukan saja mengusir kantuk, lebih dari itu sebagai minuman kesehatan dengan beragam manfaat.
Di tiap-tiap wilayah atau kawasan dimana Khilafah Usmani berjaya, di sana pun berkembang kopi rempah yang manfaat utamanya sama. Jumlah rempah yang dipergunakan pun kurang lebih sama, yakni tujuh atau sembilan jenis rempah. Perbedaannya ada pada rasa, karena untuk memperoleh manfaat yang serupa tersebut berbeda-beda rempah yang dipergunakan sesuai keadaan daerah masing-masing. Jika Anda pergi ke Pulau Bintan misalnya, sebelum menyeberang ke Pulau Penyengat yang merupakan asal usul bahasa Indonesia, Anda bisa menikmati secangkir kopi Sekanak. Ini memang rempah Melayu, tetapi akar sejarahnya sampai ke Turki Usmani.
Apakah kopi rempah yang berkembang di masa kejayaan Khilafah Usmani masih ada? Masih. Kita dapat menemukan di Turki, terkenal dengan sebutan Osmanli Kahvesi atau Kopi Usmani. Ini berbeda dengan Turkish Coffee yang terkenal itu. Kekayaan rempahnya jauh berbeda.
Budaya kopi terus berkembang. Bermula dari Turki, budaya kopi merambah hingga ke Vienna, Austria dan ke negeri-negeri lain termasuk Jerman. Ada beberapa merek terkemuka di Jerman yang dapat menjadi pilihan, dan jangan kaget jika di antara beragam kopi tersebut ada yang diracik di Indonesia biji mentahnya. Tetapi yang ingin saya bicarakan bukanlah tentang roasted beans (kopi yang sudah disangrai) khas Jerman yang nyaris serupa dengan sangrai legendaris Vienna: gelap, cukup bold, kuat. Yang saya hendak bincang adalah tentang racikan kopi khas Jerman yang tidak halal bagi muslim karena mengandung khamr. Apakah semua kopi Jerman seperti itu? Tidak. Ini salah satu varian racikan kopi saja.
Namanya Rüdesheimer Kaffee atau kopinya orang Rüdesheim. Jika kopi Usmani menggunakan tujuh atau sembilan rempah (beda jumlah rempah, beda manfaatnya), maka Rüdesheimer Kaffee diracik menggunakan bahan gula (cukup banyak), whipped cream, serutan coklat dan Asbach Uralt, disamping tentu saja secangkir kopi kental. Lalu, apa yang menjadikan Rüdesheimer Kaffee haram buat kita? Karena di dalamnya mengandung Asbach Uralt, lengkapnya bernama Asbach Uralt Germany Brandy, suatu jenis khamr dari rumpun wine dengan kadar alcohol 38%. Kadar yang sangat tinggi
Rüdesheimer Kaffee sendiri awalnya ditemukan oleh Hans Karl Adam, seorang barista Jerman, pada tahun 1957. Ia menambahkan ke dalam kopi campuran gula yang cukup banyak jumlahnya dengan Asbach Uralt, minuman keras yang pabriknya didirikan oleh Hugo Asbach di kota Rüdesheim am Rhein. Tidak tanggung-tanggung, kandungan alcohol pada Asbach Uralt mencapai 38%, sebuah angka yang sangat tinggi untuk minuman keras. Sesudah itu, kopi disajikan dengan menambahkan whipped cream berhias serpihan coklat manis.
Kopi bercampur minuman keras Asbach Uralt ini kemudian segera menjadi kopi yang banyak disukai oleh masyarakat Rüdesheim am Rhein. Racikan ini pada gilirannya identik dengan masyarakat Rüdesheim, meskipun banyak pula di antara mereka yang tidak mengkonsumsi. Itu sebabnya, racikan kopi ini akhirnya dianggap sebagai kopinya orang Rüdesheim alias Rüdesheimer Kaffee.
Maka, jika Anda bepergian ke Eropa dan lebih khusus lagi Jerman kemudian mendapati menu ini saat hendak makan atau memesan minuman, ingatlah bahwa ini kopi yang tidak halal bagi muslim. Ini memang kopi, tetapi Rüdesheimer Kaffee telah bercampur dengan khamr. Tidak tanggung-tanggung, kadar alcohol khamr-nya mencapai 38%. Jadi, selain Irish Coffee yang sempat kita perbincangkan, ada kopi lain yang tak boleh kita konsumi. Kopi, tapi haram.
Bagaimana jika kita sudah terlanjur masuk kafe atau sejenis itu? Kita dapat menyampaikan dengan sopan. Mereka cenderung dapat menerima jika kita tidak jadi beli. Setidaknya, kita dapat menghindari membeli Rüdesheimer Kaffee sehingga selamat dari minuman yang haram. Ada beragam olahan kopi lain yang aman.
Irish Coffee dan Rüdesheimer Kaffee hanyalah sebagian di antara berbagai kopi haram yang mungkin kita jumpai saat berkunjung ke negeri lain. Masih ada berbagai racikan kopi lain yang juga tidak halal kita konsumsi. Karena itu, setiap kali kita mau membeli makanan maupun minuman, hendaklah kita memeriksa dengan cermat apa. Jangan ragu-ragu untuk bertanya jika menemukan daftar menu yang kita tidak memahami unsur bahannya. Jangan gengsi khawatir dianggap tidak tahu, karena sebenarnya setiap orang memiliki ketidaktahuannya sendiri-sendiri. Tidak ada manusia yang maha tahu.
Kalau mau sederhana, kita dapat menanyakan dua hal, yakni apakah makanan atau minuman itu cocok untuk vegetarian? Jadi, tidak ada unsur hewani. Kedua, kita dapat menanyakan apakah ada kandungan alkohol di dalamnya.
Penulis
Ust. Fauzil Adhim